ekonomi perbankan daud kalla

Rabu, 15 April 2015

Anggaran Bahan Mentah



SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA
SEMESTER GANJIL 2014-2015

ANGGARAN BAHAN MENTAH
Menurut pengertian para ahli bahan mentah yang di perlukan untuk proses produksi dibagi menjadi dua macam yaitu :
Ø  Bahan Mentah Langsung.
Bahan mentah langsung atau direct material adalah semua bahan mentah yang merupakan bagian daripada barang jadi yang di hasilkan, bahan mentah langsung ini apabila di masukkan ke dalam pencatatan penganggaran di catat ke dalam anggaran bahan mentah.
Ø  Bahan Mentah Tidak Langsung.
Bahan Mentah tidak langsung atau disebut juga dengan indirect material, adalah bahan baku yang ikut berperan dalam proses produksi tetapi tidak secara langsung tampak pada barang jadi yang di hasilkan. Bahan mentah tidak langsung ini apabila di lakukan pencatatan di dalam penganggaran perusahaan dicatat di dalam anggaran B.O.P atau Biaya Over Head Pabrik.

Secara ringkas tujuan penyusunan anggaran bahan mentah dapat dikatakan sebagai berikut :
a.       Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan mentah.
b.      Memperkirakan jumlah pembelian bahan mentah yang dipergunakan.
c.       Sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan dana yang diperlukan untuk melaksanakan pembelian bahan mentah.
d.      Sebagai dasar penyusunan product costing, yakni memperkirakan komponen harga pokok pabrik karena penggunaan bahan mentah dalam proses produksi.
e.       Sebagai dasar melaksanakan fungsi pengawasan bahan mentah.

Anggaran bahan mentah terdiri dari:
1.    Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah
Anggaran ini disusun sebagai perencanaan jumlah bahan mentah yang dibutuhkan untuk keperluan produksi pada periode mendatang. Kebutuhan bahan mentah diperinci menurut jenisnya, menurut macam barang jadi yang akan dihasilkan, serta menurut bagian-bagian dalam pabrik yang menggunakan bahan mentah tersebut.
2.    Anggaran Pembelian Bahan Mentah
Anggaran ini disusun sebagai perencanaan jumlah bahan mentah yang harus dibeli pada periode mendatang. Bahan mentah yang harus dibeli diperhitungkan dengan mempertimbangkan faktor-faktor persediaan dan kebutuhan bahan mentah.
3.    Anggaran Persediaan Bahan Mentah
Jumlah bahan mentah yang dibeli tidak harus sama dengan jumlah bahan mentah yang dibutuhkan, karena adanya faktor persediaan. Anggaran ini merupakan suatu perencanaan yang terperinci atas kuantitas bahan mentah yang disimpan sebagai persediaan.
4.    Anggaran Biaya Bahan Mentah yang Habis Digunakan dalam Produksi
Sebagian bahan mentah disimpan sebagai persediaan, dan sebagian dipergunakan dalam proses produksi, anggaran ini merencanakan nilai bahan mentah yang digunakan dalam satuan uang.
Penjelasan lebih rinci, sebagai berikut :

I.            ANGGARAN KEBUTUHAN BAHAN MENTAH
Telah diterangkan bahwa bahan mentah yang dipakai dalam proses produksi dikelompokkan menjadi bahan mentah langsung dan tak langsung. Anggaran kebutuhan bahan mentah disusun untuk merencanakan jumlah fisik bahan mentah langsung yang diperlukan, bukan nilainya dalam rupiah. Secara terperinci pada anggaran ini harus dicantumkan:
a.       Jenis barang jadi yang dihasilkan
b.       Jenis bahan mentah yang digunakan
c.        Bagian-bagian yang dilalui dalam proses produksi
d.       Standar penggunaan bahan mentah
e.        Waktu penggunaan bahan mentah

Menentukan Kebutuhan Bahan Mentah
Jumlah bahan mentah yang dibutuhkan untuk proses produksi dalam satu periode waktu tertentu dapat ditentukan dengan berbagai cara, yakni :
1.    Perkiraan langsung
Cara ini mengandung banyak resiko, antara lain berupa terlalu besar atau terlalu kecilnya perkiraan. Karena itu cara ini lebih baik diserahkan pada pihak-pihak yang telah berpengalaman dalam memproduksi barang yang sama pada waktu-waktu sebelumnya. Bagi mereka cara ini lebih menguntungkan karena :
-       Lebih mudah
-       Lebih cepat
-       Lebih ringan biayanya

2.    Berdasarkan perhitungan standart penggunaan bahan
Standart penggunaan dihitung dengan berbagai cara, seperti : dengan melakukan percobaan-percobaan di laboratorium dan melakukan percobaan khusus didalam pabrik, dengan mendasarkan diri pada pemakaian nyata waktu yang lalu tercatat pada bill of material, dan dengan melihat angka penggunaan rata-rata yang ditentukan secara statis.
Contoh Soal :
PT. Dua Saudara memproduksi 2 macam barang yakni barang A dan barang B dengan menggunakan bahan mentah X, Y, Z. rencana produksi selama 3 bulan mendatang adalah :
Bulan
A
B
Januari
10.000
7.000
Februari
12.000
8.000
Maret
11.000
7.000

Standart penggunaan untuk setiap jenis bahan mentah adalah :
barang
Bahan Mentah
X
Y
Z
A
3
3
1
B
2
3
2
Harga setiap unit masing-masing jenis bahan mentah adalah :
X = Rp. 80,-
Y= Rp. 70,-
Z = Rp. 60,-
PT. DUA SAUDARA
Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah
Januari-Maret 2014

produksi
Bahan
mentah X
Bahan
mentah Y
Bahan
mentah Z
SP
kebutuhan
SP
kebutuhan
SP
kebutuhan
Barang A
Januari
Februari
Maret

10.000
12.000
11.000

3

30.000
36.000
33.000

3

30.000
36.000
33.000

1

10.000
12.000
11.000
Jumlah
33.000

99.000

99.000

33.000
Barang B
Januari
Februari
Maret

7.000
8.000
7.000

2

14.000
16.000
14.000

3

21.000
24.000
21.000

2

14.000
16.000
14.000
Jumlah
22.000

44.000

66.000

44.000
Jumlah
kebutuhan


143.000

165.000

77.000





II.            ANGGARAN PEMBELIAN BAHAN MENTAH
Anggaran pembelian bahan mentah berisi rencana kuantitas bahan mentah yang harus dibeli oleh perusahaan dalam periode waktu mendatang. Ini harus dilakukan secara hati-hati terutama dalam jumlah dan waktu pembelian. Apabila jumlah bahan mentah yang dibeli terlalu besar akan mengakibatkan berbagai risiko seperti : bertumpuknya bahan mentah di gudang, yang mungkin mengakibatkan penurunan kualitas, terlalu lamanya bahan mentah menunggu giliran diproses, atau biaya penyimpangan yang menjadi lebih besar. Apabila jumlah bahan mentah yang dibeli terlalu kecil; juga akan mendatangkan risiko berupa terhambatnya kelancaran proses produksi akibat kehabisan bahan mentah, serta timbulnya biaya tambahan untuk mencari bahan mentah pengganti secepatnya.
JUMLAH PEMBELIAN YANG PALING EKONOMIS
(Economical Order Quantity/EOQ)
Hal yang perlu selalu dipikirkan oleh perusahaan selain besarnya kebutuhan juga besarnya (jumlah) bahan mentah setiap kali dilakukan pembelian, yang menimbulkan biaya paling rendah tetapi tidak mengakibatkan kekurangan bahan mentah. Jumlah pembelian yang paling ekonomis ini disebut sebagai Economical Order Quantity (EOQ).
Menghitung EOQ dipertimbangkan dua jenis biaya yang bersifat variabel, yaitu:
a.       Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan bahan mentah. Biaya ini berubah-ubah sesuai dengan frekuensi pemesanan, semakin tinggi frekuensi pemesanannya semakin tinggi pula biaya pemesanannya. Sebaliknya biaya ini berbanding terbalik dengan jumlah (kuantitas) bahan mentah setiap kali pemesanan. Hal ini disebabkan karena semakin besarnya jumlah setiap kali pemesanan dilakukan, berarti frekuensi pemesanan menjadi semakin rendah.
Seperti:
-       biaya-biaya persiapan pemesanan.
-       biaya administrasi;
-       biaya pengiriman pesanan.
-       biaya mencocokkan pesanan yang masuk.
-       biaya mempersiapkan order pembayaran.

b.      Biaya Penyimpanan
Biaya penyimpanan yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan penyimpanan bahan mentah yang telah dibeli. Biaya ini berubah-ubah sesuai dengan jumlah bahan mentah yang disimpan. Semakin besar jumlah bahan mentah setiap kali pemesanan maka biaya penyimpanan akan semakin besar pula. Jelaslah bahwa biaya penyimpanan mempunyai sifat yang berlawanan dengan biaya pemesanan. Seperti:
-       biaya pemeliharaan.
-       biaya asuransiadministrasi
-       biaya perbaikan kerusakan.
Dengan memperhatikan kedua jenis biaya di atas, maka jumlah pembelian yang paling ekonomis dapat dihitung dengan rumus:



Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaA3iEZlVbdbW98no1zVLYcCIvD78EHTcWtfmqjUqsbZa_V-2uo2gIu0ZFwgjFfI7Bv4ki9fz4yoshWaZHSO3udu58ttD89Qyj0R2cDKUfDC7SsYDW85kR4rOenaEPk_OPkwhz4SXPUpo/s1600/download.jpg

Dimana :
R = jumlah bahan mentah yang akan dibeli dalam suatu jangka waktu tertentu.
S = biaya pemesanan.
P = harga per unit bahan mentah.
I = biaya penyimpanan yang dinyatakan dalam prosentase dari
persediaan rata-rata.
Contoh penggunaan :
PT. SSS memperkirakan kebutuhan bahan mentah selama tahun 2014 sebanyak 3.000 kg. setiap kali dipesan, akan dikeluarkan biaya sebesar Rp. 100,- sebagai biaya perangko. Harga per Kg bahan mentah adalah Rp. 50,-. Biaya penyimpanan akan sebesar 50 % dari persediaan rata-rata. Maka jumlah pembelian yang paling ekonomis adalah :
EOQ =
       =
       = 154,92 = 155

Waktu pembelian bahan mentah
Untuk menjaga kelancaran proses produksi tidak cukup hanya ditentukan jumlah bahan mentah yang dibeli. Harus ditentukan pula kapan pemesanan bahan mentah, hal ini harus dilakukan agar bahan mentah itu dapat datang tepat pada waktu dibutuhkan. Bahan mentah yang datang terlambat dapat mengakibatkan terganggunya kelancaran proses produksi, sebaliknya bahan mentah yang datang terlalu awal akan menimbulkan masalah pula. Karena itu dalam menentukan waktu pemesanan bahan mentah perlu diperhatikan faktor LEAD TIME. Setelah sitentukan faktor lead time, maka dapat ditentukan REORDER POINT.
Untuk merencanakan saat pemesanan bahan mentah pada periode mendatang, perlu diperhatikan faktor-faktor :
1.                  lead time yang terjadi pada pemesanan-pemesanan sebelumnya (data historis)
2.                  extra-carrying cost
3.                  stock out cost
Dalam melakukan pengamatan data historis, harus dilakukan terhadap beberapa data, untuk kemudian dihitung probabilitasnya dari total pengamatan.

Contoh perhitungan LEAD TIME:
Diamati 50 buah data historis tentang lead time . ke 50 data tersebut menunjukkan :
            Lead time 5 hari = 15 buah
            Lead time 4 hari = 25 buah
            Lead time 7 hari = 10 buah
Sehingga probabilitas masing-masing adalah :
Lead time 4 hari =
Lead time 5 hari =
Lead time 7 hari =
Contoh perhitungan REORDER POINT:
Menurut perkiraan, selama tahun 2014 PT. YUDA membutuhkan bahan mentah sebanyak 15.000 kg. untuk merencanakan kapan saat pemesanan yang tepat harus dilakukan, diamati 25 buah data pemesanan yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Dari pengamatan tersebut diperoleh :
Lead time 3 hari = 10 buah
Lead time 5 hari = 5 buah
Lead time 6 hari = 10 buah
Biaya penyimpanan per th adalah Rp.10,-. Biaya pemesanan (tiap pesan) adalah Rp. 250,-. Apabila kehabisan bahan mentah maka dapat dicari bahan mentah pengganti. Untuk ini dikeluarkan biaya sebesar Rp. 1,- bagi setiap unit bahan mentah pengganti.
Apabila 1 tahun dianggap 300 hari, kapan pemesanan kembali harus dilakukan?
Jawab :
Kebutuhan               =    R = 15.000 kg
Carrying Cost           =    Rp. 10,- per kg per thn
Procurements Cost   =    Rp. 250,- per order
Stock-out Cost         =    Rp. 1,- per kg




Lead time
Frekuensi
Probabilitas
3 hari
5 hari
6 hari
10
5
10
0,40
0,20
0,40

25
1,00
EOQ =
            =
          = 866,03 = 867 kg.
Frekuensi pemesanan =
Carrying cost per hari per order =

Bentuk dasar anggaran pembelian bahan mentah
Telah diuraikan di muka bahwa anggaran pembelian bahan mentah dapat disusun apabila total kebutuhan bahan mentah untuk suatu periode telah ditentukan, dengan perhitungan sebagai berikut.
Persediaan akhir...................................................XX
Kebutuhan bahan mentah.......................................XX +
Jumlah kebutuhan.................................................XX
Persediaan awal....................................................XX _
Pembelian bahan mentah........................................XX

Dalam anggaran pembelian bahan mentah dicantumkan
a.       Jenis bahan mentah yang digunakan dalam proses produksi
b.      jumlah yang harus dibeli
c.       harga per satuan bahan mentah
Dengan mencantumkan harga per satuan bahan mentah, maka dapat dihitung jumlah uang yang akan dikeluarkan oleh perusahaan untuk pembelian bahan mentah.
III.            ANGGARAN PERSEDIAAN BAHAN MENTAH
Dalam penyusunan anggaran kebutuhan bahan mentah dan anggaran pembelian bahan mentah di muka, tampak bahwa masalah nilai persediaan awal dan persediaan akhir bahan mentah selalu diperhitungkan.
Setiap perusahaan dapat mempunyai kebijaksanaan dalam menilai persediaan yang berbeda. Tetapi pada dasarnya kebijaksanaan tentang penilaian persediaan dapat dikelompokkan menjadi:
1.      Kebijaksanaan FIFO (First In First Out).
2.      Kebijaksanaan LIFO (Last In First Out).
Dalam kebijaksanaan FIFO, bahan mentah yang lebih dahulu digunakan untuk produksi adalah bahan mentah yang lebih dahulu masuk di gudang, sehingga sering pula diterjemahkan ”pertama masuk pertama keluar”. Dengan kata lain, penilaian bahan mentah di gudang nilainya diurutkan menurut urutan waktu pembeliannya. Sebaliknya dalam kebijaksanaan LIFO, harga bahan mentah yang masuk ke gudang lebih akhir justru dipakai untuk menentukan nilai bahan mentah yang digunakan dalam produksi, meskipun pemakaian fisik tetap diurutkan menurut urutan pemasukannya.
Besarnya bahan mentah yang harus tersedia untuk kelancaran proses produksi tergantung pada beberapa faktor, seperti :
1.      Volume produksi selama satu periode waktu tertentu (ini dapat dilihat dalam Anggaran produksi)
2.      Volume bahan mentah minimal, yang disebut safety stock (persedian besi.
3.      Besarnya pembelian yang ekomomis
4.      Estimasi tentang naik turunnya harga bahan mentah pada waktu-waktu mendatang
5.      Biaya-biaya penyimpanan dan pemeliharaan bahan mentah
6.      Tingkat kecepatan bahan mentah menjadi rusak
Persediaan Besi
Persediaan besi adalah persediaan minimal bahan mentah yang harus dipertahankan untuk menjamin kelangsungan proses produksi. Besarnya persediaan bahan besi ditentukan oleh berbagai faktor yakni :
1.          Kebiasaan leveransir menyerahkan bahan mentah yang dipesan, apakah selalu tepat waktunya atau tidak.
2.          Jumlah bahan mentah yang dibeli setiap kali pemesanan
3.          Dapat diperkirakan atau tidaknya kebutuhan bahan mentah secara tepat
4.          Perbandingan antara biaya penyimpanan bahan mentah dan biaya ekstra karena kehabisan bahan mentah
Bentuk Dasar Anggaran Persediaan Bahan Mentah
Dalam anggaran persediaan bahan mentah perlu diperincikan hal-hal sebagai berikut :
1.      Jenis bahan mentah yang digunakan
2.      Jumlah masing-masing jenis bahan mentah yang tersisa sebagai persediaan
3.      Harga per unit masing-masing jenis bahan mentah
4.      Nilai bahan mentah yang disimpan sebagai persediaan

IV.            ANGGARAN BIAYA BAHAN MENTAH YANG HABIS DIGUNAKAN
Tidak semua bahan mentah yang tersedia akan habis digunakan untuk produksi. Hal ini disebabkan karena dua hal, yakni:
1.      Perlu adanya persediaan akhir, yang akan menjadi persediaan awal periode berikutnya.
2.      Perlu adanya persediaan besi agar kelangsungan produksi tidak terganggu akibat kehabisan bahan mentah.
Bahan mentah yang telah habis digunakan dalam proses produksi harus dihitung nilainya. Rencana besarnya nilai bahan mentah yang habis digunakan dalam proses produksi dituangkan dalam suatu anggaran tersendiri di sebut Anggaran Biaya Bahan Mentah Yang Habis Digunakan.
Manfaat disusunnya anggaran biaya bahan mentah yang habis digunakan antara lain adalah:
1.      Untuk keperluan Product Costing, yakni perhitungan harga pokok barang yang dihasilkan perusahaan.
2.      Untuk keperluan pengawasan penggunaan bahan mentah.
Bentuk Dasar Anggaran Biaya Bahan Mentah yang Habis Digunakan
Dalam anggaran ini standart penggunaan bahan mentah masi diperhatikan, tetapi tidak dicantumkan lagi karena sudah dicantumkan pada Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah. Anggaran biaya bahan mentah yang habis digunakan perlu memperinci hal-hal :
1.      Jenis bahan mentah yang diguanakan
2.      Jumlah masing-masing jenis bahan mentah yang habis digunakan untuk produksi
3.      Harga per unit masing-masing jenis bahan mentah
4.      Nilai masing-masing bahan mentah yang habis digunakan untuk produksi
5.      Jenis barang yang (dihasilkan dan) menggunakan bahan mentah
6.      Waktu penggunaan bahan mentah
Fungsi Perencanaan, Koordinasi, dan Pengawasan pada Anggaran-Anggaran Bahan Mentah
Seperti halnya anggaran produksi, anggaran kebutuhan barang mentah, persediaan bahan mentah dan pembeliaan bahan mentah merupakan alat perencana bagi perusahaan. Dalam anggaran-anggaran tersebut secara terperinci dibuat rencana tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan bahan mentah pada waktu mendatang.
Dilain pihak anggaran bahan mentah berfungsi sebagai alat pengkoordinasian kebutuhan bahan mentah dengan tingkat persediaan dan kebutuhan bahan mentah. Koordinasi antara tiga faktor ini sangat perlu diperhatikan agar tidak menghambat kelancaran produksi. Anggaran bahan mentah berfungsi pula sebagai alat pengawasan. Sebagai pelengkap fungsi pengawasan maka disusun laporan pengawasan, yang menunjukan perbandingan antara rencana dengan realisasi daripada pembelian bahan mentah dan penggunaan bahan mentah.
1.      Laporan Pelaksanaan Tentang Pembelian Bahan Mentah
Laporan ini digunakan sebagai alat untuk mengetahui perbandingan dan penyimpangan yang terjadi.
Contoh :
Dari anggaran pembelian bahan mentah diperoleh data tentang pembelian bulan Januari sbb :
            Unit yang dibeli 15.000
            Harga per unit Rp.2,-
Sedangkan realisasinya adalah sbb :
            Unit yang dibeli 13.500
            Harga per unit Rp. 2,2
Laporan Pelaksanaannya
Januari 2014

Rencana
Realisasi
Penyimpangan
Jumlah
Persentase
Unit yg dibeli
Harga per unit
15.000
Rp. 2,-
13.500
Rp.2,2
1.500
Rp. 0,2
10
9






2.      Laporan Pelaksanaan Tentang Pemakaian Bahan Mentah.
Disini dilihat perbandingan antara rencana dan realisasi penggunaan bahan mentah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar