SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS
SURABAYA
SEMESTER GANJIL 2014-2015
ANGGARAN
BAHAN MENTAH
Menurut
pengertian para ahli bahan mentah yang di perlukan untuk proses produksi dibagi
menjadi dua macam yaitu :
Ø Bahan Mentah Langsung.
Bahan
mentah langsung atau direct material adalah semua bahan mentah yang merupakan
bagian daripada barang jadi yang di hasilkan, bahan mentah langsung ini apabila
di masukkan ke dalam pencatatan penganggaran di catat ke dalam anggaran bahan
mentah.
Ø Bahan Mentah Tidak
Langsung.
Bahan
Mentah tidak langsung atau disebut juga dengan indirect material, adalah bahan
baku yang ikut berperan dalam proses produksi tetapi tidak secara langsung
tampak pada barang jadi yang di hasilkan. Bahan mentah tidak langsung ini
apabila di lakukan pencatatan di dalam penganggaran perusahaan dicatat di dalam
anggaran B.O.P atau Biaya Over Head Pabrik.
Secara ringkas tujuan penyusunan
anggaran bahan mentah dapat dikatakan sebagai berikut :
a. Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan
mentah.
b. Memperkirakan jumlah pembelian bahan
mentah yang dipergunakan.
c. Sebagai dasar untuk memperkirakan
kebutuhan dana yang diperlukan untuk melaksanakan pembelian bahan mentah.
d. Sebagai dasar penyusunan product
costing, yakni memperkirakan komponen harga pokok pabrik karena penggunaan
bahan mentah dalam proses produksi.
e. Sebagai dasar melaksanakan fungsi
pengawasan bahan mentah.
Anggaran
bahan mentah terdiri dari:
1. Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah
Anggaran ini disusun sebagai
perencanaan jumlah bahan mentah yang dibutuhkan untuk keperluan produksi pada
periode mendatang. Kebutuhan bahan mentah diperinci menurut jenisnya, menurut
macam barang jadi yang akan dihasilkan, serta menurut bagian-bagian dalam
pabrik yang menggunakan bahan mentah tersebut.
2. Anggaran Pembelian Bahan Mentah
Anggaran ini disusun sebagai
perencanaan jumlah bahan mentah yang harus dibeli pada periode mendatang. Bahan
mentah yang harus dibeli diperhitungkan dengan mempertimbangkan faktor-faktor
persediaan dan kebutuhan bahan mentah.
3. Anggaran Persediaan Bahan Mentah
Jumlah bahan mentah yang dibeli
tidak harus sama dengan jumlah bahan mentah yang dibutuhkan, karena adanya
faktor persediaan. Anggaran ini merupakan suatu perencanaan yang terperinci
atas kuantitas bahan mentah yang disimpan sebagai persediaan.
4. Anggaran Biaya Bahan Mentah yang
Habis Digunakan dalam Produksi
Sebagian bahan mentah disimpan
sebagai persediaan, dan sebagian dipergunakan dalam proses produksi, anggaran
ini merencanakan nilai bahan mentah yang digunakan dalam satuan uang.
Penjelasan lebih rinci, sebagai
berikut :
I.
ANGGARAN KEBUTUHAN BAHAN MENTAH
Telah diterangkan bahwa bahan mentah
yang dipakai dalam proses produksi dikelompokkan menjadi bahan mentah langsung
dan tak langsung. Anggaran kebutuhan bahan mentah disusun untuk merencanakan
jumlah fisik bahan mentah langsung yang diperlukan, bukan nilainya dalam
rupiah. Secara terperinci pada anggaran ini harus dicantumkan:
a. Jenis barang jadi yang dihasilkan
b. Jenis bahan mentah yang digunakan
c.
Bagian-bagian yang dilalui dalam proses produksi
d. Standar penggunaan bahan mentah
e.
Waktu penggunaan bahan mentah
Menentukan Kebutuhan Bahan Mentah
Jumlah
bahan mentah yang dibutuhkan untuk proses produksi dalam satu periode waktu
tertentu dapat ditentukan dengan berbagai cara, yakni :
1. Perkiraan langsung
Cara
ini mengandung banyak resiko, antara lain berupa terlalu besar atau terlalu
kecilnya perkiraan. Karena itu cara ini lebih baik diserahkan pada pihak-pihak
yang telah berpengalaman dalam memproduksi barang yang sama pada waktu-waktu
sebelumnya. Bagi mereka cara ini lebih menguntungkan karena :
- Lebih mudah
- Lebih cepat
- Lebih ringan biayanya
2. Berdasarkan perhitungan standart
penggunaan bahan
Standart penggunaan dihitung dengan
berbagai cara, seperti : dengan melakukan percobaan-percobaan di laboratorium
dan melakukan percobaan khusus didalam pabrik, dengan mendasarkan diri pada
pemakaian nyata waktu yang lalu tercatat pada bill of material, dan dengan
melihat angka penggunaan rata-rata yang ditentukan secara statis.
Contoh
Soal :
PT. Dua
Saudara memproduksi 2 macam barang yakni barang A dan barang B dengan
menggunakan bahan mentah X, Y, Z. rencana produksi selama 3 bulan mendatang
adalah :
Bulan
|
A
|
B
|
Januari
|
10.000
|
7.000
|
Februari
|
12.000
|
8.000
|
Maret
|
11.000
|
7.000
|
Standart
penggunaan untuk setiap jenis bahan mentah adalah :
barang
|
Bahan
Mentah
|
||
X
|
Y
|
Z
|
|
A
|
3
|
3
|
1
|
B
|
2
|
3
|
2
|
Harga setiap unit masing-masing
jenis bahan mentah adalah :
X = Rp. 80,-
Y= Rp. 70,-
Z = Rp. 60,-
PT. DUA SAUDARA
Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah
Januari-Maret 2014
|
produksi
|
Bahan
mentah X |
Bahan
mentah Y |
Bahan
mentah Z |
|||
SP
|
kebutuhan
|
SP
|
kebutuhan
|
SP
|
kebutuhan
|
||
Barang A
Januari
Februari
Maret
|
10.000
12.000
11.000
|
3
|
30.000
36.000
33.000
|
3
|
30.000
36.000
33.000
|
1
|
10.000
12.000
11.000
|
Jumlah
|
33.000
|
|
99.000
|
|
99.000
|
|
33.000
|
Barang B
Januari
Februari
Maret
|
7.000
8.000
7.000
|
2
|
14.000
16.000
14.000
|
3
|
21.000
24.000
21.000
|
2
|
14.000
16.000
14.000
|
Jumlah
|
22.000
|
|
44.000
|
|
66.000
|
|
44.000
|
Jumlah
kebutuhan |
|
|
143.000
|
|
165.000
|
|
77.000
|
II.
ANGGARAN PEMBELIAN BAHAN MENTAH
Anggaran pembelian bahan mentah
berisi rencana kuantitas bahan mentah yang harus dibeli oleh perusahaan dalam
periode waktu mendatang. Ini harus dilakukan secara hati-hati terutama dalam
jumlah dan waktu pembelian. Apabila jumlah bahan mentah yang dibeli terlalu
besar akan mengakibatkan berbagai risiko seperti : bertumpuknya bahan mentah di
gudang, yang mungkin mengakibatkan penurunan kualitas, terlalu lamanya bahan
mentah menunggu giliran diproses, atau biaya penyimpangan yang menjadi lebih
besar. Apabila jumlah bahan mentah yang dibeli terlalu kecil; juga akan
mendatangkan risiko berupa terhambatnya kelancaran proses produksi akibat
kehabisan bahan mentah, serta timbulnya biaya tambahan untuk mencari bahan
mentah pengganti secepatnya.
JUMLAH PEMBELIAN YANG PALING
EKONOMIS
(Economical Order Quantity/EOQ)
Hal
yang perlu selalu dipikirkan oleh perusahaan selain besarnya kebutuhan juga
besarnya (jumlah) bahan mentah setiap kali dilakukan pembelian, yang
menimbulkan biaya paling rendah tetapi tidak mengakibatkan kekurangan bahan
mentah. Jumlah pembelian yang paling ekonomis ini disebut sebagai Economical
Order Quantity (EOQ).
Menghitung
EOQ dipertimbangkan dua jenis biaya yang bersifat variabel, yaitu:
a. Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan yaitu biaya-biaya
yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan bahan mentah. Biaya ini
berubah-ubah sesuai dengan frekuensi pemesanan, semakin tinggi frekuensi
pemesanannya semakin tinggi pula biaya pemesanannya. Sebaliknya biaya ini
berbanding terbalik dengan jumlah (kuantitas) bahan mentah setiap kali
pemesanan. Hal ini disebabkan karena semakin besarnya jumlah setiap kali
pemesanan dilakukan, berarti frekuensi pemesanan menjadi semakin rendah.
Seperti:
- biaya-biaya persiapan pemesanan.
- biaya administrasi;
- biaya pengiriman pesanan.
- biaya mencocokkan pesanan yang masuk.
- biaya mempersiapkan order
pembayaran.
b. Biaya Penyimpanan
Biaya penyimpanan yaitu biaya-biaya
yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan penyimpanan bahan mentah yang telah
dibeli. Biaya ini berubah-ubah sesuai dengan jumlah bahan mentah yang disimpan.
Semakin besar jumlah bahan mentah setiap kali pemesanan maka biaya penyimpanan
akan semakin besar pula. Jelaslah bahwa biaya penyimpanan mempunyai sifat yang
berlawanan dengan biaya pemesanan. Seperti:
- biaya pemeliharaan.
- biaya asuransiadministrasi
- biaya perbaikan kerusakan.
Dengan memperhatikan kedua jenis
biaya di atas, maka jumlah pembelian yang paling ekonomis dapat dihitung dengan
rumus:
Dimana :
R = jumlah bahan mentah yang akan
dibeli dalam suatu jangka waktu tertentu.
S = biaya pemesanan.
P = harga per unit bahan mentah.
I = biaya penyimpanan yang
dinyatakan dalam prosentase dari
persediaan rata-rata.
Contoh penggunaan :
PT. SSS memperkirakan kebutuhan
bahan mentah selama tahun 2014 sebanyak 3.000 kg. setiap kali dipesan, akan
dikeluarkan biaya sebesar Rp. 100,- sebagai biaya perangko. Harga per Kg bahan
mentah adalah Rp. 50,-. Biaya penyimpanan akan sebesar 50 % dari persediaan
rata-rata. Maka jumlah pembelian yang paling ekonomis adalah :
EOQ =
=
= 154,92 = 155
Waktu pembelian bahan mentah
Untuk
menjaga kelancaran proses produksi tidak cukup hanya ditentukan jumlah bahan
mentah yang dibeli. Harus ditentukan pula kapan pemesanan bahan mentah, hal ini
harus dilakukan agar bahan mentah itu dapat datang tepat pada waktu dibutuhkan.
Bahan mentah yang datang terlambat dapat mengakibatkan terganggunya kelancaran
proses produksi, sebaliknya bahan mentah yang datang terlalu awal akan
menimbulkan masalah pula. Karena itu dalam menentukan waktu pemesanan bahan
mentah perlu diperhatikan faktor LEAD TIME. Setelah sitentukan faktor lead
time, maka dapat ditentukan REORDER POINT.
Untuk
merencanakan saat pemesanan bahan mentah pada periode mendatang, perlu
diperhatikan faktor-faktor :
1.
lead time yang terjadi pada pemesanan-pemesanan sebelumnya
(data historis)
2.
extra-carrying cost
3.
stock out cost
Dalam melakukan pengamatan data
historis, harus dilakukan terhadap beberapa data, untuk kemudian dihitung
probabilitasnya dari total pengamatan.
Contoh perhitungan LEAD TIME:
Diamati
50 buah data historis tentang lead time .
ke 50 data tersebut menunjukkan :
Lead
time 5 hari = 15 buah
Lead
time 4 hari = 25 buah
Lead
time 7 hari = 10 buah
Sehingga probabilitas masing-masing
adalah :
Lead time 4 hari =
Lead time 5 hari =
Lead time 7 hari =
Contoh perhitungan REORDER POINT:
Menurut perkiraan, selama tahun 2014
PT. YUDA membutuhkan bahan mentah sebanyak 15.000 kg. untuk merencanakan kapan
saat pemesanan yang tepat harus dilakukan, diamati 25 buah data pemesanan yang
terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Dari pengamatan tersebut diperoleh :
Lead
time 3 hari = 10 buah
Lead
time 5 hari = 5 buah
Lead
time 6 hari = 10 buah
Biaya
penyimpanan per th adalah Rp.10,-. Biaya pemesanan (tiap pesan) adalah Rp.
250,-. Apabila kehabisan bahan mentah maka dapat dicari bahan mentah pengganti.
Untuk ini dikeluarkan biaya sebesar Rp. 1,- bagi setiap unit bahan mentah
pengganti.
Apabila
1 tahun dianggap 300 hari, kapan pemesanan kembali harus dilakukan?
Jawab
:
Kebutuhan = R = 15.000 kg
Carrying Cost = Rp. 10,- per kg per thn
Procurements Cost = Rp. 250,- per order
Stock-out Cost =
Rp. 1,- per kg
Lead time
|
Frekuensi
|
Probabilitas
|
3
hari
5
hari
6
hari
|
10
5
10
|
0,40
0,20
0,40
|
|
25
|
1,00
|
EOQ
=
=
= 866,03 = 867 kg.
Frekuensi
pemesanan =
Carrying
cost per hari per order =
Bentuk dasar anggaran pembelian
bahan mentah
Telah
diuraikan di muka bahwa anggaran pembelian bahan mentah dapat disusun apabila
total kebutuhan bahan mentah untuk suatu periode telah ditentukan, dengan
perhitungan sebagai berikut.
Persediaan
akhir...................................................XX
Kebutuhan bahan
mentah.......................................XX +
Jumlah
kebutuhan.................................................XX
Persediaan awal....................................................XX
_
Pembelian bahan
mentah........................................XX
Dalam anggaran pembelian bahan
mentah dicantumkan
a. Jenis bahan mentah yang digunakan
dalam proses produksi
b. jumlah yang harus dibeli
c. harga per satuan bahan mentah
Dengan mencantumkan harga per satuan
bahan mentah, maka dapat dihitung jumlah uang yang akan dikeluarkan oleh
perusahaan untuk pembelian bahan mentah.
III.
ANGGARAN PERSEDIAAN BAHAN MENTAH
Dalam
penyusunan anggaran kebutuhan bahan mentah dan anggaran pembelian bahan mentah
di muka, tampak bahwa masalah nilai persediaan awal dan persediaan akhir bahan
mentah selalu diperhitungkan.
Setiap
perusahaan dapat mempunyai kebijaksanaan dalam menilai persediaan yang berbeda.
Tetapi pada dasarnya kebijaksanaan tentang penilaian persediaan dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Kebijaksanaan FIFO (First In First
Out).
2. Kebijaksanaan LIFO (Last In First
Out).
Dalam
kebijaksanaan FIFO, bahan mentah yang lebih dahulu digunakan untuk produksi
adalah bahan mentah yang lebih dahulu masuk di gudang, sehingga sering pula
diterjemahkan ”pertama masuk pertama keluar”. Dengan kata lain, penilaian bahan
mentah di gudang nilainya diurutkan menurut urutan waktu pembeliannya.
Sebaliknya dalam kebijaksanaan LIFO, harga bahan mentah yang masuk ke gudang
lebih akhir justru dipakai untuk menentukan nilai bahan mentah yang digunakan
dalam produksi, meskipun pemakaian fisik tetap diurutkan menurut urutan
pemasukannya.
Besarnya
bahan mentah yang harus tersedia untuk kelancaran proses produksi tergantung
pada beberapa faktor, seperti :
1. Volume produksi selama satu periode
waktu tertentu (ini dapat dilihat dalam Anggaran produksi)
2. Volume bahan mentah minimal, yang
disebut safety stock (persedian besi.
3. Besarnya pembelian yang ekomomis
4. Estimasi tentang naik turunnya harga
bahan mentah pada waktu-waktu mendatang
5. Biaya-biaya penyimpanan dan
pemeliharaan bahan mentah
6. Tingkat kecepatan bahan mentah
menjadi rusak
Persediaan Besi
Persediaan
besi adalah persediaan minimal bahan mentah yang harus dipertahankan untuk
menjamin kelangsungan proses produksi. Besarnya persediaan bahan besi
ditentukan oleh berbagai faktor yakni :
1.
Kebiasaan leveransir menyerahkan bahan mentah yang dipesan,
apakah selalu tepat waktunya atau tidak.
2.
Jumlah bahan mentah yang dibeli setiap kali pemesanan
3.
Dapat diperkirakan atau tidaknya kebutuhan bahan mentah
secara tepat
4.
Perbandingan antara biaya penyimpanan bahan mentah dan biaya
ekstra karena kehabisan bahan mentah
Bentuk Dasar Anggaran Persediaan
Bahan Mentah
Dalam
anggaran persediaan bahan mentah perlu diperincikan hal-hal sebagai berikut :
1. Jenis bahan mentah yang digunakan
2. Jumlah masing-masing jenis bahan
mentah yang tersisa sebagai persediaan
3. Harga per unit masing-masing jenis
bahan mentah
4. Nilai bahan mentah yang disimpan
sebagai persediaan
IV.
ANGGARAN BIAYA BAHAN MENTAH YANG HABIS DIGUNAKAN
Tidak
semua bahan mentah yang tersedia akan habis digunakan untuk produksi. Hal ini
disebabkan karena dua hal, yakni:
1. Perlu adanya persediaan akhir, yang
akan menjadi persediaan awal periode berikutnya.
2. Perlu adanya persediaan besi agar
kelangsungan produksi tidak terganggu akibat kehabisan bahan mentah.
Bahan
mentah yang telah habis digunakan dalam proses produksi harus dihitung
nilainya. Rencana besarnya nilai bahan mentah yang habis digunakan dalam proses
produksi dituangkan dalam suatu anggaran tersendiri di sebut Anggaran
Biaya Bahan Mentah Yang Habis Digunakan.
Manfaat
disusunnya anggaran biaya bahan mentah yang habis digunakan antara lain adalah:
1. Untuk keperluan Product Costing,
yakni perhitungan harga pokok barang yang dihasilkan perusahaan.
2. Untuk keperluan pengawasan
penggunaan bahan mentah.
Bentuk Dasar Anggaran Biaya Bahan
Mentah yang Habis Digunakan
Dalam
anggaran ini standart penggunaan bahan mentah masi diperhatikan, tetapi tidak
dicantumkan lagi karena sudah dicantumkan pada Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah.
Anggaran biaya bahan mentah yang habis digunakan perlu memperinci hal-hal :
1. Jenis bahan mentah yang diguanakan
2. Jumlah masing-masing jenis bahan
mentah yang habis digunakan untuk produksi
3. Harga per unit masing-masing jenis
bahan mentah
4. Nilai masing-masing bahan mentah
yang habis digunakan untuk produksi
5. Jenis barang yang (dihasilkan dan)
menggunakan bahan mentah
6. Waktu penggunaan bahan mentah
Fungsi Perencanaan, Koordinasi, dan
Pengawasan pada Anggaran-Anggaran Bahan Mentah
Seperti
halnya anggaran produksi, anggaran kebutuhan barang mentah, persediaan bahan
mentah dan pembeliaan bahan mentah merupakan alat perencana bagi perusahaan.
Dalam anggaran-anggaran tersebut secara terperinci dibuat rencana tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan bahan mentah pada waktu
mendatang.
Dilain
pihak anggaran bahan mentah berfungsi sebagai alat pengkoordinasian kebutuhan
bahan mentah dengan tingkat persediaan dan kebutuhan bahan mentah. Koordinasi
antara tiga faktor ini sangat perlu diperhatikan agar tidak menghambat
kelancaran produksi. Anggaran bahan mentah berfungsi pula sebagai alat
pengawasan. Sebagai pelengkap fungsi pengawasan maka disusun laporan
pengawasan, yang menunjukan perbandingan antara rencana dengan realisasi
daripada pembelian bahan mentah dan penggunaan bahan mentah.
1. Laporan Pelaksanaan Tentang
Pembelian Bahan Mentah
Laporan ini digunakan sebagai alat
untuk mengetahui perbandingan dan penyimpangan yang terjadi.
Contoh
:
Dari
anggaran pembelian bahan mentah diperoleh data tentang pembelian bulan Januari
sbb :
Unit yang dibeli 15.000
Harga per unit Rp.2,-
Sedangkan
realisasinya adalah sbb :
Unit yang dibeli 13.500
Harga per unit Rp. 2,2
Laporan Pelaksanaannya
Januari 2014
|
Rencana
|
Realisasi
|
Penyimpangan
|
|
Jumlah
|
Persentase
|
|||
Unit yg
dibeli
Harga
per unit
|
15.000
Rp. 2,-
|
13.500
Rp.2,2
|
1.500
Rp. 0,2
|
10
9
|
|
|
|
|
|
2. Laporan Pelaksanaan Tentang
Pemakaian Bahan Mentah.
Disini dilihat perbandingan antara
rencana dan realisasi penggunaan bahan mentah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar