ekonomi perbankan daud kalla

Senin, 23 Maret 2015

penganggaran perusahaan Analisis dan Penyusunan Skenario-skenario Pengendalian Anggaran (analisis sensitivitas)”



Tugas Makalah Penganggaran Perusahaan
Analisis dan Penyusunan Skenario-skenario Pengendalian Anggaran (analisis sensitivitas)
















Kelompok : 7   Kelas : D

                        Daud Yusuf Landu Kalla                   2012210439
                        Petronius Engelbertus Siri                   2012210535
                        Dewi Mar’atus Sholichah                   2012210565
                        Iswanto                                               2012210572
                        Devi Ayu Azisyah                              2012210596
                        Ratna Purnami                                                2012210598



SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA
SEMESTER GANJIL 2014-2015
ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP)
1.      Tujuan Analisis Break Even Point (BEP)
      Tujuan dari analisis break even point yaitu untuk mengetahui pada volume penjualan atau produksi berapakah suatu perusahaan akan mencapailaba tertentu Pengertian Analisis Break Even Poin (Titik Impas)
Analisa Break Even Point (BEP) adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara Baiaya Tetap, Biaya Variabel, Keuntungan dan Volume aktivitas. Sering pula disebut “Cost - Profit - Volume analysis (C.P.V. analysis).
Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian.
Dan sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan. Analisis break even sering digunakan dalam hal yang lain misalnya dalam analisis laporan keuangan. Dalam analisis laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus ini untuk mengetahui:
a.       Hubungan antara penjualan, biaya, dan laba
b.        Struktur biaya tetap dan variable
c.       Kemampuan perusahaan memberikan margin unutk menutupi biaya tetap
d.       Kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi
Selanjutnya, dengan adanya analisis titik impas tersebut akan sangat membantu manajer dalam perencanaan keuangan, penjualan dan produksi, sehingga manajer dapat mengambil keputusan untuk meminimalkan kerugian, memaksimalkan keuntungan, dan melakukan prediksi keuntungan yang diharapkan melalui penentuan :
                   §            harga jual persatuan,
                   §            produksi minimal,
                   §            pendesainan produk, dan lainnya
Dalam penentuan titik impas  perlu diketahui terlebih dulu hal-hal dibawah ini agar titik impas dapat ditentukan dengan tepat, yaitu:
-          Tingkat laba yang ingin dicapai dalam suatu periode
-          Kapasitas produksi yang tersedia, atau yang mungkin dapat ditingkatkan
-          Besarnya biaya yang harus dikeluarkan, mencakup biaya tetap maupun biaya variable.
Disamping itu juga untuk mengetahuipada volume penjualan atau produksi berapakah suatu perusahaan belummendapat laba atau rugi. Sehingga hal itu dijadikan dasar oleh pimpinansebagai pengambilan keputusan di masa periode tersebut dan di masa yangakan datang

2.       Manfaat dan Kegunaan Analisis Break Even (Titik Impas)
Analisis Break even secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis break even dapat membantu pimpinan dalm mengambil keputusan mengenai hal-hal sebagai berikut:
a.               Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
b.               Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.
c.                Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi.
d.               Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
Analisis break even point ini selain digunakan untuk menganalisis pada unit berapa atau pada omzet penjualan berapa perusahaan tidak menderita rugi dan tidak menerima keuntungan.
Menurut Susan Irawati dalam bukunya “Manajemen Keuangan” memaparkan kegunaanbreak even point adalah sebagai berikut :
1.                 Untuk menunjukkan berapa tingkat penjualan yang harus dicapai, jika perusahaan ingin mendapatkan laba.
2.                 Untuk membantu menganalisis rencana untuk modernisasi atau otomatisasi untuk mengganti biaya variabel menjadi biaya tetap.
3.                 Untuk membantu menganalisis pengaruh-pengaruh dari ekspansi terhadap tingkat operasi atau kegiatan.
4.                 Untuk membantu dalam keputusan mengenai produk baru dalam hal biaya dan hasil penjualan.
Menurut Sutrisno dalam bukunya “Manajemen Keuangan Teori, Konsep, dan Aplikasi”menjelaskan ada beberapa manfaat lain yang bisa diambil dengan menggunakan konsep break even pointyaitu sebagai berikut :
1)      Perencanaan Penjualan atau Produksi
Pada setiap awal periode perusahaan sudah harus mempunyai perencanaan produksi  dan penjualan.  Rencana produksi dan penjualan bisa direncanakan dengan menggunakan konsep break even point.
2)      Perencanaan Harga Jual Normal
Salah satu keputusan yang harus diambil oleh manajer keuangan adalah penentuan harga jual.  Harga jual merupakan sejumlah uang yang dibayarkan oleh pembeli untuk mendapatkan barang/jasa yang diinginkan.  Bagi perusahaan harga jual harus bisa menutup semua biaya dan target keuntungan.  Apabila tidak bisa menutup target laba, apalagi biaya yang dikeluarkan berarti perusahaan dalam kondisi rugi.  Dalam membuat rencana harga jual, perusahaan mendasarkan pada proyeksi penjualan yang telah direncanakan, serta target laba pada periode yang bersangkutan.
3)      Perencanaan Metode Produksi
Analisis break even point ini juga sering digunakan untuk menentukan alternatif pemilihan metode produksi atau mesin produksi.  Ada mesin produksi yang mempunyai karakteristik biaya tetap rendah tetapi biaya variabel tinggi (sering disebut padat karya) atau biaya tetap tinggi tetapi biaya variabel perunit rendah (sering disebut padat modal).  Dari dua pilihan tersebut, mana yang akan dipilih apakah dengan padat karya (labour intencive) atau padat modal (capital intencive)? Untuk memilih alternatif mana yang terbaik, bisa digunakan analisis biaya, laba, dan volume (cost, profit, volume analysis).
4)      Titik Tutup Pabrik
Apabila kondisi perusahaan sudah menunjukkan biaya total melebihi penjualan totalnya, yang artinya bahwa perusahaan beroperasi dibawah titik break even, apakah perusahaan sebaiknya ditutup atau tetap dipertahankan.  Untuk itu manajemen harus menganalisis apakah kondisi yang demikian akan berlanjut dalam waktu yang relatif lama, atau tidak.  Ada kemungkinan manajemen harus memutuskan untuk menghentikan sementara atau seterusnya apabila kondisi sudah sedemikian parahnya.  Alat yang dapat digunakan manajemen  dalam mengadakan analisis penutupan perusahaan tersebut adalah analisis titik tutup pabrik atau sering disebut shut down point.  Apabila perusahan beroperasi dibawah break even point berarti perusahaan secara akuntansi mengalami kerugian   namun secara cash flow atau aliran kas perusahaan masih mendapatkan sisa kas, selama penerimaan pengahasilan masih bisa menutup biaya variabel dan biya tetap tunai.  Biaya tetap tunai adalah biaya tetap yang dikeluarkan secara tunai seperti pembayaran gaji, biaya promosi, sewa gedung, dan biaya tetap tunai lainnya.  Artinya pada kondisi tersebut perusahan masih bisa membayar gaji karyawannya, walaupun untuk membayar biaya tetap tidak tunai (penyusutan) tidak mencukupi.  Tetapi kalau penerimaan penjualan tidak bisa menutup biaya variabel dan biaya tetap tunai, maka perusahaan sudah harus ditutup
.
3.       Jenis Biaya Berdasarkan Break Even (Titik Impas)
Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:
a.       Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit
b.      Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan
c.       Semi Varibel Cost
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi

4.       Asumsi yang digunakan dalam Break Even Point
Mudah tidaknya perhitungan atau penutupan titik break even point tergantung pada konsep-konsep yang mendasari atau asumsi yang digunakan didalamnya.
Menurut Susan Irawati dalam bukunya “Manajemen Keuangan” memaparkan asumsi  dasar yang digunakan dalam break even point adalah sebagai berikut :
a.       Biaya yang terjadi dalam suatu perusahaan harus digolongkan kedalam biaya tetap dan biaya variable
b.      Biaya vaiabel yang secara total berubah sesuai dengan perubahan volume, sedangkan biaya tetap tidak mengalami perubahan secara total.
c.       Jumlah biaya tetap tidak berubah walaupun ada perubahan kegiatan, sedangkan biaya tetap perunit akan berubah-ubah.
d.      Harga jual perunit konstan selama periode dianalisis.
e.       Jumlah produk yang diproduksi dianggap selalu habis terjual.
f.       Perusahaan menjual dan membuat satu jenis produk, bila perusahaan membuat atau menjual lebih dari satu jenis produk maka “perimbangan hasil penjualan” setiap produk tetap.

5.       Keterbatasan Analisis Break Even Point
Analisis break even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even dapat dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini at dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual dalah konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even. Dalam kenyataan analisis ini agak sukar untuk diterapkan. Oleh sebab ini bagi analis perlu diketahui bahwa analisis break even mempunyai limitasi-limitasi tertentu, yaitu:
a)        Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu
b)        Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan
c)         Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu
d)        Sales mix adalah konstan

Berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, BREAK EVEN POINT (BEP) akan bergeser atau berubah apabila:
a.       Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi, dimana perubahan ini di tandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan bergeser keatas atau sebaliknya.
b.       Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini akan menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biayaVC per unit akan menggeser BEP keatas atau sebaliknya.
c.       Perubahan dalam sales price per unit .Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR). Naiknya harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap, akan menggeser kebawah atau sebaliknya.
d.       Terjadinya perubahan dalam sales mix. Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah.

6.       Kelemahan Break Even Poin
Asumsi yang menyebutkan harga jual konstan padahal kenyataan harga ini kadang-kadang harus berubah sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran di pasar.  Untuk menutuapi kelemahan itu, maka harus dibuat analisis sensitivitas untuk harga jual yang berbeda.
Asumsi terhadap cost, penggolongan biaya tetap dan biaya variabel juga mengandung kelemahan. Dalam keadaan tertentu untuk memenuhi volume penjualan biaya tetap tidak bisa tidak harus berubah karena pembelian mesin-mesin atau peralatan lainnya.  Dengan demikian juga perhitungannya biaya variabel perunit juga akan dapat dipengaruhi perubahan ini.
@  Jenis barang yang dijual tidak selalu satu jenis.
@  Biaya tetap juga tidak selalu tetap pada berbagai kapasitas.
@  Biaya variabel juga tidak selalu berubah sejajar dengan perubahan volume.

          Namun begitu,asumsi-asumsi terhadap analisis titik impas seperti asumsi terhadap biaya yang dianggap tetap, kapasitas produksi serta tingkat penjualan dengan jumlah dan harga yang juga diasumsikan tetap, maupun biaya variable yang disumsikan berubah sebanding dengan perubahan volume penjualan perlu dilakukan karena untuk dapat membuat suatu model analisis mau tidak mau perlu adanya asumsi yang mendasari perhitungan tersebut, agar perhitungan yang dilakukan dapat menghasilkan hal-hal yang ingin kita prediksi. Kelemahan-kelemahan yang terjadi merupakan resiko dari prediksi yang dilakukan sehingga dalam pengambilan keputusan melalui analisis titik impas tetap perlu adanya kehati-hatian dari manajer guna menghindari kesalahan yang berakibat pada kerugian usaha.

7.       Metode Perhitungan Break Even Point
             Perhitungan untuk menentukan luas operasi pada tingkat break even point dapat dilakukan dengan menggunakan suatu rumus tertentu, tetapi untuk menggambarkan tingkat volume dengan laba maka diperlukan grafik atau bagan break even point.  Secara matematik tingkat break even point dapat ditentukan dengan berbagai rumus.
             Menurut Sutrisno dalam bukunya “Manajemen Keuangan Teori, Konsep, dan Aplikasi”mengemukakan metode perhitungan break even point dapat ditentukan dengan dua cara yaitu sebagai berikut :
1.       Dengan pendekatan matematik
Ada dua cara perhitungan break even point dengan pendekatan matematik, yaitu :
a.       Atas dasar unit
b.       Atas dasar rupiah
Rumus break even point adalah sebagai berikut :
a.       Atas dasar unit
P.Q = V.Q + BT
PQ – V.Q = BT
(P - V) Q = BT
                Q  =    FC
            P – V
Dimana :
P    = Harga jual perunit
V   = Biaya variabel perunit
FC = Biaya tetap total selama setahun
Q   = Kuantitas penjualan
             Maka didapat rumus break even point dalam unit, sebagai berikut :
                                FC
                  BEP =
                               P - V


c.     Atas dasar rupiah
             Apabila diinginkan break even point dalam rupiah, maka dari formulasi rumus break even point dalam unit dikalikan dengan harganya (P), sehingga :
            BEP=    FC
                          V
1-      P

                                                                                                                                  
BEP =             Biaya Tetap Setahun
Biaya Variabel
1-    Penjualan

ATAU
Dari rumus tersebut hasil perhitungannya menunjukan bahwa perusahaan tidak mengalami kerugian, namun juga belum memperoleh keuntungan karena semua penerimaan akan habis untuk menutup biaya tetap dan variabel yang ditanggung perusahaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar