Tugas
Makalah Penganggaran Perusahaan
“Analisis dan Penyusunan Skenario-skenario Pengendalian
Anggaran (analisis sensitivitas)”
Kelompok : 7 Kelas : D
Daud Yusuf Landu Kalla 2012210439
Petronius Engelbertus
Siri 2012210535
Dewi
Mar’atus Sholichah 2012210565
Iswanto 2012210572
Devi Ayu Azisyah 2012210596
Ratna Purnami 2012210598
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS
SURABAYA
SEMESTER GANJIL 2014-2015
ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP)
1.
Tujuan Analisis Break Even
Point (BEP)
Tujuan
dari analisis break even point yaitu untuk mengetahui pada volume
penjualan atau produksi berapakah suatu perusahaan akan mencapailaba
tertentu Pengertian Analisis Break Even Poin (Titik Impas)
Analisa Break Even
Point (BEP) adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan
antara Baiaya Tetap, Biaya Variabel, Keuntungan dan Volume
aktivitas. Sering pula disebut “Cost - Profit - Volume analysis (C.P.V.
analysis).
Break Even Point (BEP) dapat diartikan
sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak
memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, pada
keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat
terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan
volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel.
Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya
tetap, maka perusahaan menderita kerugian.
Dan sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila
penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan.
Analisis break even sering digunakan dalam hal yang lain misalnya dalam
analisis laporan keuangan. Dalam analisis laporan keuangan kita dapat
menggunakan rumus ini untuk mengetahui:
a.
Hubungan antara penjualan, biaya, dan laba
b.
Struktur biaya tetap
dan variable
c.
Kemampuan perusahaan memberikan margin unutk
menutupi biaya tetap
d.
Kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan
batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi
Selanjutnya, dengan adanya analisis titik impas tersebut akan
sangat membantu manajer dalam perencanaan keuangan, penjualan dan produksi,
sehingga manajer dapat mengambil keputusan untuk meminimalkan kerugian,
memaksimalkan keuntungan, dan melakukan prediksi keuntungan yang diharapkan
melalui penentuan :
§
harga jual persatuan,
§
produksi minimal,
§
pendesainan produk, dan lainnya
Dalam penentuan titik impas perlu diketahui terlebih dulu
hal-hal dibawah ini agar titik impas dapat ditentukan dengan tepat, yaitu:
-
Tingkat laba yang ingin dicapai dalam suatu
periode
-
Kapasitas produksi yang tersedia, atau yang
mungkin dapat ditingkatkan
-
Besarnya biaya yang harus dikeluarkan,
mencakup biaya tetap maupun biaya variable.
Disamping itu juga untuk mengetahuipada volume penjualan atau
produksi berapakah suatu perusahaan belummendapat laba atau rugi. Sehingga hal
itu dijadikan dasar oleh pimpinansebagai pengambilan keputusan di masa periode
tersebut dan di masa yangakan datang
2.
Manfaat dan Kegunaan
Analisis Break Even (Titik Impas)
Analisis Break even
secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan
antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh
pada level penjualan tertentu. Analisis break even dapat membantu pimpinan dalm
mengambil keputusan mengenai hal-hal sebagai berikut:
a.
Jumlah penjualan minimal yang harus
dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
b.
Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk
memperoleh keuntungan tertentu.
c.
Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar
perusahaan tidak menderita rugi.
d.
Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan
harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
Analisis break even point ini selain digunakan
untuk menganalisis pada unit berapa atau pada omzet penjualan berapa perusahaan
tidak menderita rugi dan tidak menerima keuntungan.
Menurut Susan Irawati dalam bukunya “Manajemen
Keuangan” memaparkan kegunaanbreak even point adalah sebagai
berikut :
1.
Untuk menunjukkan berapa tingkat penjualan
yang harus dicapai, jika perusahaan ingin mendapatkan laba.
2.
Untuk membantu menganalisis rencana untuk
modernisasi atau otomatisasi untuk mengganti biaya variabel menjadi biaya
tetap.
3.
Untuk membantu menganalisis pengaruh-pengaruh
dari ekspansi terhadap tingkat operasi atau kegiatan.
4.
Untuk membantu dalam keputusan mengenai produk
baru dalam hal biaya dan hasil penjualan.
Menurut Sutrisno dalam bukunya “Manajemen
Keuangan Teori, Konsep, dan Aplikasi”menjelaskan ada beberapa manfaat lain yang
bisa diambil dengan menggunakan konsep break even pointyaitu
sebagai berikut :
1)
Perencanaan Penjualan atau Produksi
Pada setiap awal periode perusahaan sudah harus mempunyai
perencanaan produksi dan penjualan. Rencana produksi dan penjualan
bisa direncanakan dengan menggunakan konsep break even point.
2)
Perencanaan Harga Jual Normal
Salah satu keputusan yang harus diambil oleh manajer keuangan
adalah penentuan harga jual. Harga jual merupakan sejumlah uang yang
dibayarkan oleh pembeli untuk mendapatkan barang/jasa yang diinginkan.
Bagi perusahaan harga jual harus bisa menutup semua biaya dan target
keuntungan. Apabila tidak bisa menutup target laba, apalagi biaya yang
dikeluarkan berarti perusahaan dalam kondisi rugi. Dalam membuat rencana
harga jual, perusahaan mendasarkan pada proyeksi penjualan yang telah
direncanakan, serta target laba pada periode yang bersangkutan.
3)
Perencanaan Metode Produksi
Analisis break even point ini juga sering
digunakan untuk menentukan alternatif pemilihan metode produksi atau mesin
produksi. Ada mesin produksi yang mempunyai karakteristik biaya tetap
rendah tetapi biaya variabel tinggi (sering disebut padat karya) atau biaya
tetap tinggi tetapi biaya variabel perunit rendah (sering disebut padat
modal). Dari dua pilihan tersebut, mana yang akan dipilih apakah dengan
padat karya (labour intencive) atau padat modal (capital intencive)?
Untuk memilih alternatif mana yang terbaik, bisa digunakan analisis biaya,
laba, dan volume (cost, profit, volume analysis).
4)
Titik Tutup Pabrik
Apabila kondisi perusahaan sudah menunjukkan biaya total
melebihi penjualan totalnya, yang artinya bahwa perusahaan beroperasi dibawah
titik break even, apakah perusahaan sebaiknya ditutup atau tetap
dipertahankan. Untuk itu manajemen harus menganalisis apakah kondisi yang
demikian akan berlanjut dalam waktu yang relatif lama, atau tidak. Ada
kemungkinan manajemen harus memutuskan untuk menghentikan sementara atau
seterusnya apabila kondisi sudah sedemikian parahnya. Alat yang dapat
digunakan manajemen dalam mengadakan analisis penutupan perusahaan
tersebut adalah analisis titik tutup pabrik atau sering disebut shut
down point. Apabila perusahan beroperasi dibawah break even
point berarti perusahaan secara akuntansi mengalami
kerugian namun secara cash flow atau aliran kas
perusahaan masih mendapatkan sisa kas, selama penerimaan pengahasilan masih
bisa menutup biaya variabel dan biya tetap tunai. Biaya tetap tunai
adalah biaya tetap yang dikeluarkan secara tunai seperti pembayaran gaji, biaya
promosi, sewa gedung, dan biaya tetap tunai lainnya. Artinya pada kondisi
tersebut perusahan masih bisa membayar gaji karyawannya, walaupun untuk
membayar biaya tetap tidak tunai (penyusutan) tidak mencukupi. Tetapi
kalau penerimaan penjualan tidak bisa menutup biaya variabel dan biaya tetap
tunai, maka perusahaan sudah harus ditutup
.
3.
Jenis Biaya
Berdasarkan Break Even (Titik Impas)
Biaya yang dikeluarkan
perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:
a.
Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah
sesuai dengan perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam
biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung
berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit
dikalikan dengan penjualan dalam unit
b.
Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan
tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan
waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode
tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau tidaknya
perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan
c.
Semi Varibel Cost
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang
sebagian variabel dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan
semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya:
Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi
4.
Asumsi yang digunakan
dalam Break Even Point
Mudah tidaknya
perhitungan atau penutupan titik break even point tergantung
pada konsep-konsep yang mendasari atau asumsi yang digunakan didalamnya.
Menurut Susan
Irawati dalam bukunya “Manajemen Keuangan” memaparkan
asumsi dasar yang digunakan dalam break even point adalah
sebagai berikut :
a.
Biaya yang terjadi dalam suatu perusahaan
harus digolongkan kedalam biaya tetap dan biaya variable
b.
Biaya vaiabel yang secara total berubah sesuai
dengan perubahan volume, sedangkan biaya tetap tidak mengalami perubahan secara
total.
c.
Jumlah biaya tetap tidak berubah walaupun ada
perubahan kegiatan, sedangkan biaya tetap perunit akan berubah-ubah.
d.
Harga jual perunit konstan selama periode
dianalisis.
e.
Jumlah produk yang diproduksi dianggap selalu
habis terjual.
f.
Perusahaan menjual dan membuat satu jenis
produk, bila perusahaan membuat atau menjual lebih dari satu jenis produk maka
“perimbangan hasil penjualan” setiap produk tetap.
5.
Keterbatasan Analisis
Break Even Point
Analisis break even
dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even dapat dipertahankan selama
periode tertentu. Keadaan ini at dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga
jual dalah konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi
titik break even. Dalam kenyataan analisis ini agak sukar untuk diterapkan.
Oleh sebab ini bagi analis perlu diketahui bahwa analisis break even mempunyai
limitasi-limitasi tertentu, yaitu:
a) Fixed
cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu
b) Variabel
cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan
c) Sales
price perunit tidak berubah dalam periode tertentu
d) Sales
mix adalah konstan
Berdasarkan
limitasi-limitasi tersebut, BREAK EVEN POINT (BEP) akan
bergeser atau berubah apabila:
a.
Perubahan FC, terjadi sebagai akibat
bertambahnya kapasitas produksi, dimana perubahan ini di tandai dengan naik
turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun perubahannya tidak mempengaruhi
kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan bergeser keatas atau sebaliknya.
b.
Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per
unit, dimana perubahan ini akan menentukan bagaimana miringnya garis total
cost. Naiknya biayaVC per unit akan menggeser BEP keatas atau sebaliknya.
c.
Perubahan dalam sales price per unit
.Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR). Naiknya
harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah
tetap, akan menggeser kebawah atau sebaliknya.
d.
Terjadinya perubahan dalam sales mix. Apabila
suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau
perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap.
Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada produk A sedangkan
produk B tetap maka BEP pun akan berubah.
6.
Kelemahan Break
Even Poin
Asumsi yang
menyebutkan harga jual konstan padahal kenyataan harga ini kadang-kadang harus
berubah sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran di pasar. Untuk
menutuapi kelemahan itu, maka harus dibuat analisis sensitivitas untuk harga
jual yang berbeda.
Asumsi terhadap cost,
penggolongan biaya tetap dan biaya variabel juga mengandung kelemahan. Dalam
keadaan tertentu untuk memenuhi volume penjualan biaya tetap tidak bisa tidak
harus berubah karena pembelian mesin-mesin atau peralatan lainnya. Dengan
demikian juga perhitungannya biaya variabel perunit juga akan dapat dipengaruhi
perubahan ini.
@ Jenis
barang yang dijual tidak selalu satu jenis.
@ Biaya
tetap juga tidak selalu tetap pada berbagai kapasitas.
@ Biaya
variabel juga tidak selalu berubah sejajar dengan perubahan volume.
Namun
begitu,asumsi-asumsi terhadap analisis titik impas seperti asumsi terhadap
biaya yang dianggap tetap, kapasitas produksi serta tingkat penjualan dengan
jumlah dan harga yang juga diasumsikan tetap, maupun biaya variable yang
disumsikan berubah sebanding dengan perubahan volume penjualan perlu dilakukan
karena untuk dapat membuat suatu model analisis mau tidak mau perlu adanya
asumsi yang mendasari perhitungan tersebut, agar perhitungan yang dilakukan
dapat menghasilkan hal-hal yang ingin kita prediksi. Kelemahan-kelemahan yang
terjadi merupakan resiko dari prediksi yang dilakukan sehingga dalam
pengambilan keputusan melalui analisis titik impas tetap perlu adanya
kehati-hatian dari manajer guna menghindari kesalahan yang berakibat pada kerugian
usaha.
7.
Metode
Perhitungan Break Even Point
Perhitungan untuk menentukan luas operasi pada tingkat break even point dapat
dilakukan dengan menggunakan suatu rumus tertentu, tetapi untuk menggambarkan
tingkat volume dengan laba maka diperlukan grafik atau bagan break even
point. Secara matematik tingkat break even point dapat
ditentukan dengan berbagai rumus.
Menurut Sutrisno dalam
bukunya “Manajemen Keuangan Teori, Konsep, dan Aplikasi”mengemukakan
metode perhitungan break even point dapat ditentukan dengan
dua cara yaitu sebagai berikut :
1. Dengan
pendekatan matematik
Ada dua cara
perhitungan break even point dengan pendekatan matematik,
yaitu :
a. Atas
dasar unit
b. Atas
dasar rupiah
Rumus break
even point adalah sebagai berikut :
a. Atas
dasar unit
P.Q = V.Q + BT
PQ – V.Q = BT
(P - V) Q = BT
Q
= FC
P – V
Dimana :
P =
Harga jual perunit
V = Biaya
variabel perunit
FC = Biaya tetap
total selama setahun
Q = Kuantitas
penjualan
Maka didapat rumus break even point dalam unit, sebagai
berikut :
FC
BEP =
P - V
|
c. Atas
dasar rupiah
Apabila diinginkan break even point dalam rupiah, maka dari
formulasi rumus break even point dalam unit dikalikan dengan
harganya (P), sehingga :
BEP=
FC
V
1- P
|
BEP
= Biaya
Tetap Setahun
Biaya Variabel
1- Penjualan
|
ATAU
Dari rumus tersebut
hasil perhitungannya menunjukan bahwa perusahaan tidak mengalami kerugian,
namun juga belum memperoleh keuntungan karena semua penerimaan akan habis untuk
menutup biaya tetap dan variabel yang ditanggung perusahaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar