ekonomi perbankan daud kalla

Senin, 22 Februari 2016

pengantar manajjemen bab 2



Bab 2
Perkembangan Ilmu Manajemen 
 1
PERKEMBANGAN ILMU MANAJEMEN Sejarah Ilmu Manajemen
Apakah Manajemen merupakan ilmu baru?
Sesunnguhnya manajemen telah lama ada jauh sebelum ini. Salah satu bukti betapa manajemen telah lama ada adalah dengan adanya bukti Piramida di Mesir. Adanya bangunan Piramida di Mesir menunjukkan bahwa pada zaman dahulu telah ada serangkaian kegiatan yang diatur sedemikian rupa, mengikuti tahapan- tahapan tertentu yang telah disiapkan hingga bangunan piramida yang megah ditengah gurun pasir dapat menjadi decak kagum masyarakat di seluruh dunia dari dulu hingga kini. Dari sejarah dapat kita ketahui bahwa tidak kurang dari ribuan orang telah terlibat dalam pembangunan Piramida di Mesir. Kekuatan bangunan tersebut telah menunjukkan bahwa pada zaman dahulu manajemen telah diketahui dan dijalankan oleh umat manusia, walaupun tidak dalam pengertian seperti sekarang. Banyak lagi contoh yang dapat kita lihat sebagai bukti bagaimana orang-orang dahulu telah menerapkan manajemen dalam kehidupannya. Alexander The Great telah menerapkan konsep staf organisasi dalam melakukan kampanye militernya. Menara Pisa di Italia, Candi Borobudur di Indonesia, hingga berbagai bukti sejarah lainnya yang tidak dapat disebutkan satu- persatu. Kesemua bukti tersebut menunjukkan bukti bahwa sesungguhnya manajemen bukan merupakan ilmu baru, bahkan dalam konsep yang paling tradisional sekalipun, telah dikenal dan dijalankan oleh orang- orang terdahulu.
Owen dan Babbage: Dua Pionir dalam Ilmu Manajemen
Manajemen secara keilmuan baru terumuskan kurang lebih diakhir abad 18 atau awal abad 19 Masehi. Diantara tokoh yang mula- mula memperkenalkan Manjemen secara keilmuan adalah Robert Owen (1771-1858) dan Charles Babbage (1792-1971). Owen, seorang pembaru dan industrialis dari Inggris adalah diantara tokoh pertama yang menyatakan perlunya sumber daya manusia di dalam organisasi dan kesejahteraan  pekerja. Sedangkan Babbage, seorang ahli matematika dari Inggris adalah orang yang  pertama kali berbicara mengenai pentingnya efisiensi dalam proses produksi. Dia meyakini akan perlunya pembagian kerja dan perlunya penggunaan matematika dalam efisiensi  penggunaan fasilitas dan material produksi. Setelah Owen dan Babbage, tokoh- tokoh manajemen lain bermunculan seiring dengan perubahan besar- besaran dari kegiatan revolusi industri dan perkembangan kegiatan ekonomi dari satu negara ke negara lainnya.
Tiga Kelompok Pemikiran Dalam Ilmu Manajemen
Kelompok Pertama: Perspektif Manajemen Klasik
Kontibusi Owen dan Babbage seolah telah membukakan mata para praktisi bisnis pada saat itu bagaiman seharusnya bisnis dijalankan. Bermunculan pula setelah itu berbagai  perspektif dalam ilmu manajemen sebagai alat untuk menjalankan organisasi bisnis. Diantara  perspektif yang muncul adalah kelompok pertama yang dikenal sebagai perspektif
kind=i o=r class=absimg v:shapes="_x0000_i1025">
 
Perkembangan Ilmu Manajemen 
 2
manajemen klasik atau classical management perspective. Perspektif ini terbagi menjadi dua  bagian besar, yaitu mereka yang memandang manajemen sebagai sebuah proses saintifik (scientific management) dan manajemen sebagai sebuah kegiatan administrasi (administrative management).
Kelompok Manajemen Ilmiah atau Saintifik
Di awal abad 20, produktifitas menjadi salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh organisasi bisnis. Bisnis pada saat itu sangat berkembang dan modal juga tersedia dengan mudah, akan tetapi output yang dihasilkan oleh para pekerja, terutama yang memenuhi standar tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Fenomena ini menunjukkan bahwa  produktifitas pekerja dalam menghasilkan output produk yang diperlukan oleh masyarakat sangat rendah. Para manajer berusaha mencari jalan keluar untuk memperbaiki produktifitas kerja ini. Di antara ide yang telah dihasilkan adalah dengan meningkatkan produktifitas  pekerja secara individual. Ide yang dihasilkan pada masa ini pada giliran berikutnya dikenal sebagai kelompok aliran manajemen saintifik (scientific management). Di antara tokoh- tokoh kontributor dalam kelompok ini adalah Fredrich Winslow Taylor (1856-1915), Frank Gilberth (1868-1924), dan Lilian Gilberth (1878-1972). Di antara kontribusi yang pernah diberikan Taylor adalah apa yang dinamakan dengan Time and Motion Studies atau studi mengenai penetapan standar kerja yang didasarkan pada  perhitungan waktu. Ide ini berangkat dari kenyataan bahwa para pekerja di perusahaan  bekerja dibawah standar dari apa yang sebenarnya mampu mereka kerjakan. Secara ringkas, apa yang diperkenalkan oleh Taylor adalah sebagaimana digambarkan dalam bagan berikut: Taylor menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan sebuah perusahaan, misalnya meningkatkan profit perusahaan, maka produktifitas perlu ditingkatkan. Produktifitas dapat diukur dari tingkat output dan prestasi kerja. Untuk dapat meningkatkan prestasi kerja, bagi Taylor, perlu diberikan upah insentif, yang diberikan agar motivasi pekerja menjadi tinggi sehingga tingkat output menjadi tinggi atau meningkat. Upah insentif bagi Taylor dinamakan sebagai upah insentif diferensial (piecework pay system), yaitu upah yang diberikan kepada  para pekerja secara berbeda ditentukan berdasarkan kemampuan pekerja dalam memenuhi standar yang telah ditetapkan. Pendekatan ini dilakukan agar produktifitas meningkat
 
Perkembangan Ilmu Manajemen 
 3
sehingga terjadi peningkatan produksi sekaligus efisiensi, yang pada akhirnya akan memberikan kemungkinan peningkatan profit. Untuk lebih jelasnya, perhitungan pemberian upah intensif diferensial ini dapat dijelaskan melalui contoh berikut: Misalnya diketahui bahwa Standar Pengerjaan Output adalah 3 unit output/jam. Jam kerja standar perhari adalah 8 jam. Maka Standar Output perhari adalah 24 unit atau Standar Pengerjaan Output dikalikan dengan jam kerja standar per hari. Tarif upah yang diberikan  jika output yang dihasilkan sesuai atau diatas standar Rp. 2.000 per unit. Sedangkan, tariff upah yang diberikan jika Output yang dihasilkan dibawah standar Rp. 1.750 per unit. Jika A mampu mengerjakan 25 unit output per hari, B mampu mengerjakan 20 unit output per hari, dan C mampu mengerjakan 24 unit, maka upah insentif yang akan diterima oleh masing- masing pekerja adalah seperti berikut ini: Selain itu, kontibusi yang dihasilkan Taylor setelah bekerja di berbagai perusahaan setelahnya adalah merumuskan dan memperkenalkan konsep desain pekerjaan, cuti untuk  pemulihan produktifitas kerja, termasuk mengimplementasikan upah insentif diferensial yang telah dijalankannya di perusahaan sebelumnya. Apa yang telah dirumuskannya tersebut dinamakan sebagai scientific management approach atau pendekatan manajemen saintifik. Pendekatan ini dirumuskannya melalui langkah- langkah proses sebagaimana digambarkan dalam gambar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar