Bab
2
Perkembangan
Ilmu Manajemen
1
PERKEMBANGAN
ILMU MANAJEMEN Sejarah Ilmu Manajemen
Apakah Manajemen merupakan ilmu baru?
Sesunnguhnya
manajemen telah lama ada jauh sebelum ini. Salah satu bukti betapa manajemen
telah lama ada adalah dengan adanya bukti Piramida di Mesir. Adanya bangunan
Piramida di Mesir menunjukkan bahwa pada zaman dahulu telah ada serangkaian
kegiatan yang diatur sedemikian rupa, mengikuti tahapan- tahapan tertentu yang
telah disiapkan hingga bangunan piramida yang megah ditengah gurun pasir dapat
menjadi decak kagum masyarakat di seluruh dunia dari dulu hingga kini. Dari
sejarah dapat kita ketahui bahwa tidak kurang dari ribuan orang telah terlibat
dalam pembangunan Piramida di Mesir. Kekuatan bangunan tersebut telah
menunjukkan bahwa pada zaman dahulu manajemen telah diketahui dan dijalankan
oleh umat manusia, walaupun tidak dalam pengertian seperti sekarang. Banyak
lagi contoh yang dapat kita lihat sebagai bukti bagaimana orang-orang dahulu
telah menerapkan manajemen dalam kehidupannya. Alexander The Great telah
menerapkan konsep staf organisasi dalam melakukan kampanye militernya. Menara
Pisa di Italia, Candi Borobudur di Indonesia, hingga berbagai bukti sejarah
lainnya yang tidak dapat disebutkan satu- persatu. Kesemua bukti tersebut
menunjukkan bukti bahwa sesungguhnya manajemen bukan merupakan ilmu baru,
bahkan dalam konsep yang paling tradisional sekalipun, telah dikenal dan
dijalankan oleh orang- orang terdahulu.
Owen dan Babbage: Dua Pionir dalam Ilmu Manajemen
Manajemen
secara keilmuan baru terumuskan kurang lebih diakhir abad 18 atau awal abad 19
Masehi. Diantara tokoh yang mula- mula memperkenalkan Manjemen secara keilmuan
adalah Robert Owen (1771-1858) dan Charles Babbage (1792-1971). Owen, seorang
pembaru dan industrialis dari Inggris adalah diantara tokoh pertama yang
menyatakan perlunya sumber daya manusia di dalam organisasi dan kesejahteraan
pekerja. Sedangkan Babbage, seorang ahli matematika dari Inggris adalah
orang yang pertama kali berbicara mengenai pentingnya efisiensi dalam
proses produksi. Dia meyakini akan perlunya pembagian kerja dan perlunya
penggunaan matematika dalam efisiensi penggunaan fasilitas dan material
produksi. Setelah Owen dan Babbage, tokoh- tokoh manajemen lain bermunculan
seiring dengan perubahan besar- besaran dari kegiatan revolusi industri dan
perkembangan kegiatan ekonomi dari satu negara ke negara lainnya.
Tiga
Kelompok Pemikiran Dalam Ilmu Manajemen
Kelompok Pertama: Perspektif Manajemen Klasik
Kontibusi
Owen dan Babbage seolah telah membukakan mata para praktisi bisnis pada saat
itu bagaiman seharusnya bisnis dijalankan. Bermunculan pula setelah itu
berbagai perspektif dalam ilmu manajemen sebagai alat untuk menjalankan
organisasi bisnis. Diantara perspektif yang muncul adalah kelompok
pertama yang dikenal sebagai perspektif
kind=i o=r class=absimg v:shapes="_x0000_i1025">
Perkembangan
Ilmu Manajemen
2
manajemen
klasik atau classical management perspective. Perspektif ini terbagi menjadi
dua bagian besar, yaitu mereka yang memandang manajemen sebagai sebuah
proses saintifik (scientific management) dan manajemen sebagai sebuah kegiatan
administrasi (administrative management).
Kelompok Manajemen Ilmiah atau Saintifik
Di
awal abad 20, produktifitas menjadi salah satu masalah terbesar yang dihadapi
oleh organisasi bisnis. Bisnis pada saat itu sangat berkembang dan modal juga
tersedia dengan mudah, akan tetapi output yang dihasilkan oleh para pekerja,
terutama yang memenuhi standar tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Fenomena ini menunjukkan bahwa produktifitas pekerja dalam menghasilkan
output produk yang diperlukan oleh masyarakat sangat rendah. Para manajer
berusaha mencari jalan keluar untuk memperbaiki produktifitas kerja ini. Di
antara ide yang telah dihasilkan adalah dengan meningkatkan produktifitas
pekerja secara individual. Ide yang dihasilkan pada masa ini pada giliran
berikutnya dikenal sebagai kelompok aliran manajemen saintifik (scientific
management). Di antara tokoh- tokoh kontributor dalam kelompok ini adalah
Fredrich Winslow Taylor (1856-1915), Frank Gilberth (1868-1924), dan Lilian
Gilberth (1878-1972). Di antara kontribusi yang pernah diberikan Taylor adalah apa
yang dinamakan dengan Time and Motion Studies atau studi mengenai penetapan
standar kerja yang didasarkan pada perhitungan waktu. Ide ini berangkat
dari kenyataan bahwa para pekerja di perusahaan bekerja dibawah standar
dari apa yang sebenarnya mampu mereka kerjakan. Secara ringkas, apa yang
diperkenalkan oleh Taylor adalah sebagaimana digambarkan dalam bagan berikut:
Taylor menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan sebuah perusahaan, misalnya
meningkatkan profit perusahaan, maka produktifitas perlu ditingkatkan.
Produktifitas dapat diukur dari tingkat output dan prestasi kerja. Untuk dapat
meningkatkan prestasi kerja, bagi Taylor, perlu diberikan upah insentif, yang
diberikan agar motivasi pekerja menjadi tinggi sehingga tingkat output menjadi
tinggi atau meningkat. Upah insentif bagi Taylor dinamakan sebagai upah
insentif diferensial (piecework pay system), yaitu upah yang diberikan kepada
para pekerja secara berbeda ditentukan berdasarkan kemampuan pekerja
dalam memenuhi standar yang telah ditetapkan. Pendekatan ini dilakukan agar
produktifitas meningkat
Perkembangan
Ilmu Manajemen
3
sehingga
terjadi peningkatan produksi sekaligus efisiensi, yang pada akhirnya akan
memberikan kemungkinan peningkatan profit. Untuk lebih jelasnya, perhitungan
pemberian upah intensif diferensial ini dapat dijelaskan melalui contoh
berikut: Misalnya diketahui bahwa Standar Pengerjaan Output adalah 3 unit
output/jam. Jam kerja standar perhari adalah 8 jam. Maka Standar Output perhari
adalah 24 unit atau Standar Pengerjaan Output dikalikan dengan jam kerja
standar per hari. Tarif upah yang diberikan jika output yang dihasilkan
sesuai atau diatas standar Rp. 2.000 per unit. Sedangkan, tariff upah yang
diberikan jika Output yang dihasilkan dibawah standar Rp. 1.750 per unit. Jika
A mampu mengerjakan 25 unit output per hari, B mampu mengerjakan 20 unit output
per hari, dan C mampu mengerjakan 24 unit, maka upah insentif yang akan
diterima oleh masing- masing pekerja adalah seperti berikut ini: Selain itu,
kontibusi yang dihasilkan Taylor setelah bekerja di berbagai perusahaan
setelahnya adalah merumuskan dan memperkenalkan konsep desain pekerjaan, cuti
untuk pemulihan produktifitas kerja, termasuk mengimplementasikan upah
insentif diferensial yang telah dijalankannya di perusahaan sebelumnya. Apa yang
telah dirumuskannya tersebut dinamakan sebagai scientific management approach
atau pendekatan manajemen saintifik. Pendekatan ini dirumuskannya melalui
langkah- langkah proses sebagaimana digambarkan dalam gambar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar